“Hari-hari ini kita sedang berada dalam
suasana suka cita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia Ke-79. Kita
bangga dan riang gembira, karena kita bisa merdeka setelah dijajah oleh
penjajah selama ratusan tahun dan kita berhasil mendirikan Negara Republik
Indonesia. Namun demikian, di balik kebanggaan dan kegembiraan, kita harus
melakukan refleksi atau perenungan apakah kita benar-benar telah merdeka,” ujar
orang nomor dua di PA Waingapu yang biasa disapa Ustadz Fahrurrozi di awal khotbah.
Dulu zaman penjajahan, sambungnya, rakyat
Indonesia hidup dalam kebodohan dan kemiskinan, ternyata sekarang pun rakyat Indonesia
masih banyak yang hidup dalam kebodohan dan kemiskinan. Pembukaan UUD 1945
menegaskan bahwa tujuan didirikannya Republik Indonesia, antara lain, adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi
nyatanya setelah 79 tahun merdeka, rakyat Indonesia masih banyak yang belum
sejahtera dan masih banyak yang belum cerdas.
Disebutkan bahwa Peraturan Presiden
Nomor 63 Tahun 2020 menyatakan Kabupaten Sumba Timur masuk dalam kategori
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024. Di antara indikator yang digunakan adalah perekonomian
masyarakat dan sumber daya manusia.
“Jadi, ketahuilah para Jamaah, bahwa
Sumba Timur ini oleh Pemerintah Pusat ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal
karena rakyatnya masih miskin dan sumber daya manusianya masih rendah. Kenyataan
ini harus membuka mata kita bahwa tugas kita belum selesai. Mengusir penjajahan
bukan akhir dari perjuangan. Memproklamasikan kemerdekaan bukan puncak dari
perjuangan. Setelah merdeka, tugas kita adalah mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan. Kita harus membangun agar rakyat kita terbebas dari kemiskinan dan
kebodohan,” katanya.
Untuk bisa membangun, lanjutnya, harus
mempunyai sumber daya manusia yang handal. Oleh karena itu, putra-putri Sumba harus
mengenyam pendidikan.
Ustadz Fahrurrozi mengimbau kepada para
jamaah supaya mengingatkan anak-anak akan tanggung jawabnya membangun daerah
ini dari ketertinggalan. Anak-anak harus segera menyadari bahwa masa depan
daerah ini ada pada pundak mereka sebagaimana dipesankan Alfred Simanjuntak dalam lagunya: Bangun pemudi pemuda Indonesia. Tangan bajumu singsingkan,
untuk negara. Masa yang akan datang, kewajibanmu lah. Menjadi tanggunganmu
terhadap nusa. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa.
“Walaupun kondisi serba sulit dan
fasilitas serba terbatas, kita harus pastikan semua anak Sumba mendapat
kesempatan untuk menuntut ilmu. Jangan berhenti sampai SMA atau Aliyah. Anak-anak
Sumba harus melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Mari kita antarkan
anak-anak Sumba memasuki universitas-universitas terbaik di negeri ini.
Sehingga sekembalinya mereka dari kuliah, mereka dapat membangun Tanah Sumba
dari ketertinggalan,” tegas Ustadz/Hakim asal Pati Jawa Tengah yang bertugas di
Sumba sejak Desember 2022 itu.
Diterangkan bahwa anak-anak yang
meninggalkan kediamannya atau kampung halamannya untuk menuntut ilmu, maka
Allah janjikan pahala yang besar. Sebab aktivitas menuntut ilmu itu sungguh
mulia. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang keluar untuk
mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah (fi sabilillah) sampai ia
kembali”. Di hadits yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya, “Barangsiapa
yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga”.
Lebih lanjut, Ustadz Fahrurrozi mengatakan
bahwa saat ini sedang dibuka penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di instansi
pemerintahan, lembaga negara, lembaga pendidikan, lembaga peradilan, kejaksaan
dan lain sebagianya.
“Pertanyaannya, siapkah SDM kita untuk
mengisinya? Siapkan putra-putri Sumba bersaing memperebutkan formasi itu? Kalau
anak-anak Sumba sendiri tidak mampu berkompetisi untuk mengisi jabatan di
daerahnya sendiri, maka jangan salahkan orang dari daerah-daerah lain yang
mengisinya. Jangan menyesal jika anak-anak Sumba harus menjadi penonton di
daerahnya sendiri. Realitas seperti ini harus membuka mata kita. Anak-anak
Sumba harus mengenyam pendidikan yang tinggi sehingga menjadi sarjana-sarjana
yang hebat dan siap berkompetisi,” tandasnya.
Selanjutnya Ustadz Fahrurrozi mengingatkan
firman Al-Quran dalam Surat Ar-Ra’d Ayat 11, sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum, suatu bangsa atau suatu masyarakat sampai mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Dipesankan bahwa untuk memajukan Pulau
Sumba dari ketertinggalan, harus dilakukan perubahan. Satu-satunya jalan menuju
perubahan itu adalah melalui pendidikan. Semua pihak harus ambil bagian,
berpartisipasi dan melibatkan diri dalam program mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kita jangan tinggal diam ketika
melihat jalan-jalan menuju sekolah rusak sehingga menghambat anak-anak
berangkat ke sekolah. Kita jangan cuek, tidak peduli tatkala melihat
sekolah-sekolah kekurangan sarana prasarana. Kita harus pastikan proses belajar-mengajar
berjalan sesuai dengan yang seharusnya, sehingga anak-anak mendapatkan ilmu
pengetahuan yang cukup sebagai bekal membangun masa depan,” pesannya lagi.
Ustadz Fahrurrozi menyerukan kepada
semua pihak untuk mendukung pendidikan di Sumba dengan apa yang dipunyai,
dengan kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki.
“Jangan sampai karena tidak kuat
membayar SPP ada anak yang tidak bisa sekolah. Jangan sampai ada anak yang
gelisah tidak bisa mengikuti pelajaran karena belum makan dan di rumah tidak
ada makanan. Jangan sampai ada guru yang seharusnya mengajar tetapi tidak bisa
berangkat ke sekolah karena tidak bisa beli bensin untuk berangkat ke sekolah.
Kita harus pastikan guru-guru di Sumba ini sejahtera lahir batin. Gajinya cukup
memenuhi kebutuhan sehari-harinya,” pungkasnya. (sam)