Khotib Jumat di Masjid Al-Munawwar Kambajawa Waingapu Bahas Pilkada


SAMSUMBA.com - Khotib Jumat di Masjid Al-Munawwar Kelurahan Kambajawa Kecamatan Waingapu Kabupaten Sumba Timur, Jumat (30/8/2024) membahas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Khotib yang dimaksud adalah H. Fahrurrozi Zawawi.

“Dalam tiga hari kemarin, di mana-mana rakyat Indonesia berpesta, berpawai, arak-arakan mengantar calon gubernur/wakil gubernur, calon bupati/wakil bupati dan calon walikota/wakil walikota untuk mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia, baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun kota, termasuk di Kabupaten Sumba Timur,” ujarnya di awal khotbah.

Dikatakannya, rakyat tampak bahagia, riang gembira dan sangat antusias mengiring calon pemimpin yang akan memimpin mereka dalam waktu lima tahun mendatang.

“Sebagai rakyat yang diberi kesempatan untuk memilih, maka gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Pilihlah pemimpin yang amanah, yang bisa bekerja mewujudkan harapan rakyat, pemimpin yang mencintai rakyat yang berusaha keras menghapus air mata rakyat, pemimpin yang tidak akan mengkhianati rakyatnya sendiri dengan mengambil hak-hak rakyat,” pesannya.

Ustadz Fahrurrozi kemudian mengutip Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya, “Satu hari bagi pemimpin yang adil itu lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun”.

“Di tangan pemimpin yang adil, akan lahir kebijakan-kebijakan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaliknya, di tangan pemimpin yang curang dan tidak jujur, kebijakan-kebijakan yang dibuat hanya untuk membahagiakan kelompok dan golongan tertentu. Kue pembangunan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, oleh keluarga dan kroni-kroninya saja,” terangnya.

Oleh karena itu, dipesankan kepada para jamaah agar tidak salah memilih. Sebab kesalahan dalam memilih akan berdampak pada kehidupan lima tahun mendatang.

Ustadz lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu lalu mengutip kaidah fiqh yang artinya, “Kebijakan pemimpin kepada rakyat yang dipimpinnya itu harus didasarkan pada kemaslahatan”.

“Pilihlah pemimpin yang setiap tarikan nafasnya, setiap hari, setiap detik, selalu memikirkan rakyat, selalu berusaha mendatangkan kemaslahatan atau kebaikan bagi rakyatnya. Pemimpin yang mampu memenuhi hajat hidup rakyatnya. Pemimpin yang paham apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Rakyat butuh pangan, sandang dan papan. Rakyat butuh pendidikan, keamanan dan ketenangan jiwa,” urainya.

Lebih lanjut dipesankan agar memilih pemimpin yang takut dimintai pertanggungjawaban di Akhirat jika rakyatnya sengsara dan menderita. Khalifah Umar bin Khattab pernah mengatakan yang artinya, “Seandainya ada seekor keledai jatuh terperosok di Irak karena jalanan rusak, pastilah Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban padaku di Akhirat nanti kenapa tidak kauperbaiki jalan itu, Ya Umar”.

Walaupun Khalifah Umar tinggal di Madinah, ia merasa bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan jalan di Irak yang jaraknya sekitar 1.500 kilometer dari Madinah.

“Pilihlah pemimpin yang selalu memikirkan bagaimana orang-orang yang dipimpinnya itu sejahtera, tidak kekurangan apapun, tidak kelaparan, tidak kepanasan. Termasuk infrastruktur jalan pun harus disiapkan dan diperbaiki. Jangan sampai ada rakyat yang menderita dan sengsara akibat kerusakan jalan, sehingga menghambat orang bekerja, berangkat sekolah dan bepergian. Jangan serahkan masa depan daerah ini kepada orang yang tidak bisa bekerja. Jangan berikan kekuasaan kepada orang yang hanya memanfaatkan jabatan demi harta kekayaan, untuk memperkaya diri!” pesannya.

Ditekankan kembali, jangan memilih pemimpin yang menyengsarakan rakyatnya, yang menyakiti hati rakyatnya, yang menyia-nyiakan amanat yang diberikan oleh rakyat, yang menyelewengkan kepercayaan rakyat. Mereka menyapa rakyat hanya pada saat pencalonan ketika ada kepentingan. Datang untuk mengemis-ngemis dan merengek-rengek dukungan. Tetapi setelah terpilih, pemimpin itu lupa daratan. Sama sekali tidak pernah memikirkan lagi rakyat yang dulu dimintai dukungan. Pemimpin semacam itu lebih sibuk memikirkan bagaimana mengembalikan modal kampanyenya dan melupakan orang-orang miskin dan orang-orang susah yang dulu mendukungnya.

Selanjutnya dikutipkan kisah Raja Thalut dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 247. Menurutnya, kisah itu mengajarkan bagaimana memilih pemimpin. Yaitu memilih pemimpin bukan karena kekayaan, bukan karena hartanya melimpah atau uangnya banyak sehingga dapat membeli suara rakyat. Bukan itu. Tetapi pilihlah pemimpin yang berilmu, mempunyai pendidikan yang baik dan kondisi fisik yang prima, sehat jasmani rohani.

Di akhir khotbah, Ustadz Fahrurrozi mengingatkan kondisi Kabupaten Sumba Timur yang masuk kategori Daerah Tertinggal berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024. Di antara indikator yang digunakan adalah perekonomian masyarakat dan sumber daya manusia.

“Semoga melalui Pilkada ini, kita dapat menemukan pemimpin yang dapat membawa kemajuan bagi Kabupaten Sumba Timur dan menghapus predikat daerah tertinggal,” pungkasnya. (sam)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)