Wakil Ketua Pengadilan Agama Waingapu Sampaikan Khotbah Idul Adha di PT Muria Sumba Manis

SAMSUMBA.com - Wakil Ketua Pengadilan Agama (PA) Waingapu, H. Fahrurrozi Zawawi menyampaikan khotbah pada Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriyah di Masjid An-Nahl PT Muria Sumba Manis (MSM), Senin (17/6/2024). Khotbah berlangsung setelah pelaksanaan shalat Idul Adha yang diimami oleh Ustadz Hawari, lulusan Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits (MDQH) Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) Pancor Lombok Timur.

“Saat ini umat Islam dari seluruh penjuru dunia sedang melaksanakan ibadah haji. Sebanyak 1 kloter setengah berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan 19 orang di antaranya dari Kabupaten Sumba Timur,” ujar orang nomor dua di PA Waingapu yang biasa disapa Ustadz Fahrurrozi di awal khotbah.

Ustadz Fahrurrozi kemudian mengajak jamaah shalat Id untuk mendoakan jamaah haji semoga diberikan kemudahan oleh Allah dalam melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji, diberikan kesehatan, keselamatan dan panjang umur sampai pulang ke Tanah Air dalam keadaan utuh, dengan menyandang predikat haji yang mabrur, yang tidak ada balasannya kecuali surga.

“Kita juga berdoa mudah-mudahan kita diberikan kemudahan untuk menyusul saudara-saudara kita berangkat ke Tanah Suci. Karena itu, bagi yang sudah mempunyai kelebihan rizki bersegeralah mendaftar haji. 19 saudara kita yang berangkat haji dari Sumba Timur tahun ini mengantre keberangkatan selama 11 tahun, masa antrean ini tentu lebih cepat dibandingkan di Pulau Jawa. Maka, mumpung kita sedang di Sumba Timur bergegaslah untuk mendaftar haji!” pesannya.

Dijelaskannya mengapa umat Islam harus berhaji. Yaitu karena haji merupakan rukun Islam kelima. Agama Islam dibangun di atas lima pondasi, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Dalam Al-Quran Surat Ali Imran Ayat 97 disebutkan bahwa mengerjakan haji adalah kewajiban kepada Allah bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Setelah berbicara tentang haji, Ustadz Fahrurrozi kemudian membahas seputar ibadah qurban. Berqurban adalah bentuk syukur manusia kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah diberikan. Dalam Al-Quran Surat Al-A’raf Ayat 10, disebutkan bahwa Allah telah menempatkan manusia di muka bumi dan telah menyediakan sumber penghidupan, tetapi amat sedikit manusia yang bersyukur.

“Pertanyaannya, apakah kita termasuk kelompok yang sedikit bersyukur itu? Kita ditempatkan oleh Allah di Bumi Sumba, sebuah pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya, keindahan pantai, air terjun dan savananya. Pulau ini membuat decak kagum pujangga kenamaan Indonesia, Taufiq Ismail, sehingga menginspirasinya pada tahun 1970 untuk mengarang puisi berjudul Beri Daku Sumba,” katanya.

Ustadz/Hakim kelahiran Pati Jawa Tengah itu lalu membacakan sepenggal puisi yang dimaksud. Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka. Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh. Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda. Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

“Selain keindahan alam, di Sumba para jamaah diberikan sumber penghidupan, bisa makan dari rizki yang bersumber dari rahim Bumi Sumba. Tanah-tanah tandus berbatuan bisa digilas sampai gembur, lalu ditanami tebu dan kemudian diolah menjadi gula. Ini patut disyukuri. Para jamaah bisa bekerja di tempat ini, mendapatkan penghasilan sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup. Dari penghasilan itu, bisa digunakan untuk menyekolahkan anak-anak, membantu orang tua dan keluarga. Oleh karena itu, bersyukurlah!” serunya.

Menurut Ustadz Fahrurrozi, sebagai wujud syukur kepada Allah yang telah memberikan sumber penghidupan, maka ketika diperintahkan untuk berqurban, sambutlah perintah itu dengan penuh semangat.

“Ibadah haji dan ibadah qurban ini pada hakikatnya adalah menapaktilasi perjuangan Nabi Ibrahim AS bersama keluarganya. Kita yang saat ini ditempatkan oleh Allah di Bumi Sumba, marilah meneladani perjuangan Nabi Ibrahim. Ketika pertama kali Nabi Ibrahim menempatkan istrinya (Siti Hajar) dan anaknya (Ismail) di Mekah, saat itu Mekah masih sepi, tidak ada penghuni dan tanahnya tidak dapat ditanami (ghairi dzi zar’in). Namun kemudian menjadi ramai dan banyak dikunjungi jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia,” jelasnya.

Hal itu, sambungnya, berkat doa Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al-Quran Surat Ibrahim Ayat 37. Di samping doa, Nabi Ibrahim juga melakukan usaha untuk memakmurkan rumah Allah di Mekah. Nabi Ibrahim membangun Ka’bah, menyusun batu demi batu sampai sempurna bangunan berbentuk kubus, membersihkan-nya dari segala kotoran untuk orang-orang yang thawaf, iktikaf, ruku’ dan sujud. Nabi Ibrahim juga mengumumkan atau memanggil manusia untuk melaksanakan haji.

“Perjuangan Nabi Ibrahim itu menginspirasi kita bagaimana kita juga bisa melakukan hal yang sama di Bumi Sumba ini. Karena itu, setiap orang Islam harus terpanggil untuk memperjuangkan agama Allah di Bumi Sumba. Apa yang kita punya, mari kita sumbangkan untuk menolong agama Allah,” terangnya.

Selanjutnya Ustadz Fahrurrozi menyerukan kepada jamaah shalat Id untuk membantu pembangunan sarana yang dibutuhkan umat Islam di tanah Sumba ini. Antara lain: (1) Masjid untuk tempat ibadah; (2) Pondok pesantren, madrasah, perguruan tinggi Islam dan Taman Pendidikan Al-Quran, tempat mencetak anak-anak yang ahli agama; (4) Rumah Sakit Islam yang akan melayani sesuai tuntunan agama Islam dan akan dikumandangkan adzan setiap waktu shalat; (5) Asrama Haji untuk kegiatan haji dan kegiatan umat Islam pada umumnya; dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan umat Islam lainnya.

“Bantulah Sumba ini mendapatkan Sumber Daya Manusia yang hebat! Bantulah dengan memberikan beasiswa kepada putra-putri Sumba untuk mendapatkan pendidikan yang baik! Bantulah putra-putri Sumba ambil bagian dalam pembangunan daerah! Bukan hanya menjadi penonton di kampung halamannya sendiri. Kita sudah banyak mendapatkan kekayaan dari Bumi Sumba. Kita harus peduli dengan masa depan Sumba. Kita harus pikirkan agar Sumba keluar dari predikat daerah tertinggal,” imbuhnya.

Ustadz Fahrurrozi kemudian membacakan Al-Quran Surat Muhammad Ayat 7 dan Surat At-Taubah Ayat 20 yang pada pokoknya bahwa jika seseorang menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya, dan orang yang berjuang dengan harta dan jiwanya adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah.

“Ayat-ayat ini harus dijadikan motivasi untuk terus melakukan kebaikan di Tanah Sumba. Mumpung kita masih punya banyak kesempatan, punya kelapangan rizki, punya fisik yang sehat, punya jabatan, mari kita tanamkan kebaikan di Tanah Sumba ini. Jangan sampai tiba masanya kita menyesal, karena selama kita diberikan kenikmatan itu, kita memegang kekuasaan, memegang kewenangan yang tanda tangan kita masih berlaku, kita tidak pernah berbuat apa-apa,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ustadz Fahrurrozi berpesan kepada jamaah shalat Id agar membuat prasasti yang akan dikenang oleh masyarakat Sumba, sekalipun nanti sudah meninggalkan Sumba atau meninggalkan dunia ini. Dalam Kitab Tafsir Al-Qurthubi ada kutipan syair Ibnu Duraid yang berbunyi, “Innamal Mar’u Haditsun Ba’dah, Fakun Haditsan Hasanan li Man Wa’a”.

“Seseorang itu akan menjadi bahan perbincangan (cerita) bagi orang-orang sesudahnya. Oleh sebab itu, buatlah bahan perbincangan yang baik. Contohlah Nabi Ibrahim bersama keluarganya yang meninggalkan bahan perbincangan yang akan terus dikenang oleh manusia sepanjang sejarah. Ketika jamaah haji melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah, mereka akan ingat perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membangun Ka’bah,” jelasnya.

Ketika jamaah haji melakukan sa’i, lanjutnya, mereka akan ingat perjuangan Siti Hajar yang berlarian mencari air, sampai akhirnya keluar air Zamzam yang sampai sekarang terus mengalir tanpa ada habisnya. Ketika jamaah melakukan lempar jumroh di Mina, mereka akan ingat perjuangan Nabi Ibrahim hendak menyembelih Nabi Ismail yang terus diganggu dan dihalangi oleh setan. Ketika umat Islam yang tidak berangkat haji, melakukan qurban, mereka akan ingat perjuangan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk berqurban.

“Di akhir khotbah ini, khotib tegaskan kembali pesan Allah, Wa Ahsin kama Ahsanallahu Ilaik. Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Ingatlah, bahwa Allah telah berbuat baik dengan memberikan rizki dari perut Bumi Sumba ini. Maka berbuat baiklah, tanamlah kebaikan di Bumi Sumba ini!” pungkasnya.

Seusai khotbah, rangkaian shalat Idul Adha di Masjid An-Nahl PT Muria Sumba Manis selesai. Kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban yang terdiri dari 7 sapi dan 27 kambing atas nama para pegawai dari perusahaan bidang pengolahan gula itu. (sam)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)