SAMSUMBA.com - Paguyuban Jawa se-Kabupaten Sumba Timur (PUJA SEKTI) mengadakan halal bihalal, Sabtu (4/5/2024) malam. Bertempat di halaman rumah Ketua Paguyuban, Sarman, kegiatan tersebut dihadiri sekitar 300 anggota yang merupakan warga Jawa di Sumba Timur.
Dalam sambutannya,
Ketua Paguyuban mengajak seluruh anggota agar dapat menempatkan diri dalam kehidupan
sehari-hari di Bumi Sumba. Sesama pendatang dari Jawa harus menjunjung tinggi persaudaraan,
saling menolong dan saling membantu. Begitupun dengan warga setempat harus
menghormati dan dapat menyesuaikan diri sebagaimana bunyi peribahasa, “Di mana
bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.
Selain
itu, Ketua Paguyuban mengajak seluruh anggota untuk menyukseskan pesta
demokrasi berupa pemilihan kepala daerah (pilkada) yang akan diselenggarakan secara
serentak seluruh Indonesia. Walaupun demikian, pemilik Rumah Makan Mr Cafe itu
menegaskan bahwa posisi Paguyuban tidak berafiliasi kepada calon tertentu.
“Secara
organisasi, Paguyuban Jawa tidak mendukung salah satu calon bupati dan wakil
bupati. Tetapi membebaskan anggotanya untuk mendukung calon tertentu atas nama
pribadi,” tegasnya.
Sementara
itu, Ustadz H. Fahrurrozi Zawawi yang bertindak sebagai penceramah pada malam
itu menyampaikan pesan-pesan untuk menjalani kehidupan. Antara lain, diingatkan
kepada warga Paguyuban yang beragama Islam supaya menjaga shalat dan
ibadah-ibadah lainnya.
“Jangan
sampai jadi omongan di Jawa, ‘itu dulurmu di Sumba tidak pernah shalat’. Malu-maluin.
Jangan mengatakan, ‘nantilah kalau sudah tua baru shalat, sekarang mau bebas’. Jangan begitu! Kita tidak tahu ajal kita. Kalau kita tidak shalat terus meninggal,
bagaimana? Shalat jangan ditinggal. Istri dan anak kita, ayo dibangunkan! Jangan
dianggap remeh urusan shalat!” tandasnya.
Lebih lanjut, Ustadz asal Pati Jawa Tengah itu mengingatkan warga Paguyuban agar senantiasa berbuat baik atau melakukan kebaikan apapun. Sebagai suami hendaklah berbuat baik kepada istri, menyayangi dan mencintainya. Hendaklah diingat komitmen dulu ketika awal menikah untuk sehidup semati, susah senang bersama. Sebagai anak harus peduli kepada orang tuanya. Merantau ke Sumba bukan alasan untuk lupa dan mengabaikan orang tua di kampung halaman. Demikian juga sebagai orang tua harus berbuat baik kepada anak-anak. Orang tua harus berlaku adil kepada anak-anak, yaitu dengan memberikan harta benda yang sama kepada mereka.
Berbuat baik, sambungnya, dapat dilakukan dengan cara memikirkan masa depan Pulau Sumba supaya lebih maju.
“Mari kita pikirkan pembangunan Sumba! Kita sudah banyak mendapatkan kekayaan dari Bumi Sumba. Kita harus peduli dengan masa depan Sumba. Misalnya, kita sekolahkan putra-putri Sumba ke Jawa, supaya kelak mereka kembali ke Sumba bisa membangun Sumba. Ada yang menjadi dokter, polisi dan lain sebagainya,” pesannya.
Kepada warga Paguyuban juga dipesankan agar menjaga kemuliaan Bumi Sumba dan tidak sekali-kali mengotorinya dengan perbuatan tercela, seperti mabuk-mabukan, berjudi, mengambil barang yang bukan haknya dan menguasai tanah yang bukan miliknya.
“Jangan kita kotori, jangan kita nodai Pulau Sumba ini dengan pengkhianatan, dengan dosa dan maksiat. Jangan ada suami yang menelantarkan istri, jangan ada suami yang menyia-nyiakan keluarganya!” imbuhnya lagi.
Acara malam
itu ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Tuan Guru Achmad Abdurahman.
Dan kemudian, semua yang hadir bersalam-salaman dan bermaaf-maafan,
dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan malam. (sam)