Kegiatan tersebut dihadiri para pejabat dan tokoh agama di Kecamatan Rindi. Antara lain, kepala Kantor Urusan Agama (KUA), ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), para imam masjid dan pengurus takmir masjid serta jamaah masjid dan anggota majelis taklim. Selain itu, beberapa jamaah dari luar Kecamatan Rindi juga ikut hadir. Kendatipun hujan turun sangat deras saat acara dimulai, animo jamaah cukup tinggi.
Setelah sambutan ketua panitia dan sambutan ketua MUI Kecamatan Rindi, penceramah dipersilakan menyampaikan tausiyah. Orang nomor dua di Pengadilan Agama Waingapu yang biasa disapa oleh masyarakat dengan panggilan Ustadz Fahrurrozi itu membahas mengenai cara berpuasa untuk mendapatkan derajat takwa kepada Allah SWT.
“Kalau ingin puasa kita diterima oleh Allah dan mendapat ganjaran berupa predikat manusia bertakwa maka pertama yang harus dilakukan adalah ikuti ketentuan puasa. Aturan tentang puasa harus kita taati. Jangan makan, minum, melakukan hubungan suami istri dan segala yang membatalkan puasa dari waktu Shubuh hingga Maghrib. Jangan sekali-kali melanggar aturan! Di sinilah puasa mengajarkan kepada kita untuk disiplin dan patuh terhadap peraturan,” urainya.
Sebagai umat beragama dan warga negara, sambungnya, setiap manusia harus menyadari bahwa peraturan dalam agama dan dalam hidup bernegara itu tidak lain adalah untuk kebaikan manusia. Ia mengutip beberapa firman Allah dalam Al-Quran. Antara lain Surat Al-Isra Ayat 7, In Ahsantum Ahsantum li Anfusikum yang artinya, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri”.
“Kita diperintahkan berpuasa itu untuk kebaikan kita. Seandainya kita tidak berpuasa, maka sama sekali itu tidak mengurangi kekuasaan Allah. Kita berpuasa untuk kebaikan kita. Maka, lakukanlah puasa dengan ikhlas dan penuh kerelaan!” serunya.
Lebih lanjut, Ustadz Fahrurrozi menjelaskan ketentuan dalam Undang-Undang Perkawinan yang menyebutkan bahwa perkawinan/pernikahan harus dicatatkan di KUA atau dilakukan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN).
“Kita menikah secara resmi itu untuk kebaikan kita. Seandainya ada orang yang menikah sirri atau di bawah tangan, itu tidak mengurangi gaji Pak Kepala KUA. Justru orang itu yang akan menemukan kesulitan sendiri, sebab satu-satunya alat bukti perkawinan adalah akta nikah. Akta nikah diperlukan untuk mengurus KTP, KK, akta kelahiran anak, paspor, untuk mendaftar haji/umroh, mendaftar sekolah, mendaftar kerja dan lain sebagainya. Karena itu, bagi Bapak/Ibu yang belum punya akta nikah karena dulu nikahnya tidak tercatat maka segeralah ajukan itsbat nikah!” serunya.
Atas dasar itu, Ustadz Fahrurrozi berpesan kepada hadirin agar menjadikan puasa sebagai bentuk mewujudkan ketaatan dan kepatuhan terhadap perintah agama yang itu harus dilanjutkan/dipertahankan sekalipun sudah selesai puasa Ramadhan.
“Puasa melatih kita menjadi manusia yang taat dan patuh pada kewajiban. Maka, walaupun nanti puasa sudah selesai, sikap itu harus diteruskan. Kita harus yakin bahwa setiap kewajiban atau perintah pasti ada kebaikan untuk kita,” tegasnya.
Selanjutnya, untuk mendapat predikat manusia bertakwa, Ustadz Fahrurrozi berpesan supaya orang yang berpuasa tidak merusak puasanya dengan berbuat dzalim kepada orang lain.
Ia mencontohkan, dalam berniaga jangan berbuat curang, jangan menutup-nutupi barang dagangan yang cacat dengan maksud menipu pembeli, karena praktik seperti itu merugikan orang lain. Dalam hubungan sesama manusia, jangan mengganggu orang lain, jangan merusak perkawinan orang lain dengan cara mengganggu perempuan/istri yang terikat perkawinan dengan laki-laki lain dengan tujuan agar mereka bercerai lalu mantan istri itu dinikahi. Bahkan, jangan meminang atau melamar perempuan yang sudah dipinang/dilamar laki-laki lain.
“Yang ketiga, supaya puasa kita mendapat predikat takwa maka hendaklah kita maksimalkan selama bulan suci Ramadhan ini dengan ibadah atau amal shaleh. Mari kita rajin shalat fardhu lima waktu di masjid, jangan shalat Tarawih hanya di awal-awal Ramadhan saja. Mari kita banyak bertadarus/mengaji Al-Quran, berdzikir/i’tikaf dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya,” paparnya.
Selain itu, Ustadz Fahrurrozi berpesan kepada hadirin untuk meningkatkan amal shaleh selama bulan suci Ramadhan yang kemanfaatannya dirasakan banyak orang. Seperti memberi buka puasa kepada orang lain, menyumbang pembangunan masjid, madrasah, panti asuhan dan memberikan beasiswa untuk anak-anak Sumba yang menuntut ilmu ke Jawa atau kota besar.
“Mari kita melakukan amal shaleh yang kemanfaatannya dapat dirasakan orang banyak dan dalam jangka panjang. Walaupun kita meninggal dunia tetapi pahalanya terus mengalir. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menggerakkan dan memajukan agama Islam di Pulau Sumba ini? Yakinlah, jika kita menolong dan memperjuangkan agama Allah, pasti Allah akan menolong kita,” tandasnya. (sam)