Di Masjid Al-Munawwar Waingapu, Khotib Jumat Bahas Syukur dan Terima Kasih

 

SAMSUMBA.com - Ustadz Fahrurrozi Zawawi menjadi khotib di Masjid Al-Munawwar Kelurahan Kambajawa Kecamatan Waingapu Kabupaten Sumba Timur, Jumat (17/11/2023). Ustadz asal Kabupaten Pati Jawa Tengah itu menyampaikan khotbah tentang syukur dan terima kasih.

Di bagian awal khotbahnya, Ustadz Fahrurrozi mengutip firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Qashash Ayat 73 yang artinya, “Karena rahmat Allah, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”.

“Kita bersyukur, dengan diciptakannya malam kita bisa beristirahat dengan tenang, bisa tidur dengan nyenyak. Dan dengan diciptakannya siang kita bisa mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi malam dan siang di Pulau Sumba yang damai, yang warganya ramah, rukun dan suka bergotong-royong ini,” katanya.

Tentu di tengah kedamaian hidup, dipesankan supaya jamaah shalat Jumat tidak lupa mendoakan saudara-saudaranya di Palestina yang sekarang ini sedang mendapat ujian, penderitaan dan penindasan, semoga mereka diberikan pertolongan, perlindungan dan keselamatan oleh Allah Yang Maha Kuasa.

“Kita doakan juga mudah-mudahan Palestina segera menjadi negara yang merdeka dan berdaulat, sehingga saudara-saudara kita dapat menjalani kehidupan sebagaimana layaknya manusia hidup, yaitu menikmati istirahat di malam hari dan mencari rizki di siang hari,” ujarnya.

Ustadz Fahrurrozi lalu mengingatkan firman Allah dalam Surat Al-Mu’minun Ayat 78, bahwa Allah telah memberikan fasilitas pendengaran, penglihatan dan hati bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Seharusnya manusia mensyukurinya. Namun sedikit manusia yang mau bersyukur.

Lebih lanjut, suami dari Ustadzah Anita Qurroti A’yuni itu mengutip kisah Nabi Sulaiman AS yang diabadikan dalam Al-Quran Surat An-Naml Ayat 40 yang artinya, “Ketika Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata, ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku: apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

“Ayat ini mengajarkan kepada kita, jika kita diberikan kekuasaan maka sadarilah bahwa itu adalah ujian untuk menguji apakah kita bisa bersyukur atau tidak. Apakah kekuasaan itu bisa mendekatkan diri kita kepada Allah atau justru memalingkannya. Apakah dengan kekuasaan itu, kita bisa mendatangkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat atau justru menyengsarakannya,” ungkapnya.

Di samping syukur kepada Allah, dijelaskan bahwa manusia juga diperintahkan untuk bersyukur kepada manusia, atau istilahnya berterima kasih kepada manusia.

“Rasulullah SAW bersabda, Man Laa Yasykurun Nasa Laa Yasykurullaha. Artinya, orang yang tidak berterima kasih kepada orang lain berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. Di hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, Asykarun Nasi lillahi Asykaruhum lin-Nasi. Artinya, orang yang paling bersyukur kepada Allah adalah siapa di antara mereka yang paling pandai berterima kasih kepada orang lain,” paparnya.

Disebutkannya, Rasulullah SAW pernah menunjukkan bagaimana cara berterima kasih kepada sesama manusia dalam hadits hasan dari Jabir bin Abdullah yang artinya, “Barangsiapa diberikan sebuah pemberian oleh orang lain maka ketika dia mampu, hendaklah membalasnya dengan memberikan pemberian juga. Jika ia tidak mampu untuk membalasnya, maka berikan pujian kepada orang itu. Barangsiapa yang memuji pemberian orang maka sungguh ia telah berterima kasih kepadanya. Barangsiapa diam saja atau malah menyembunyikan kebaikan orang lain maka sungguh ia telah kufur.”

Ustadz Fahrurrozi menambahkan hadits lain yang shahih dari Usamah bin Yazid bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, lalu ia mengatakan kepada pelakunya, ‘jazakallahu khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh ia telah benar-benar meninggikan pujian”.

Menurutnya, di urutan pertama dan yang utama, manusia harus berterima kasih kepada orang tua yang telah mengandung, melahirkan, menjaga, merawat, membesarkan, mendidik hingga manusia bisa menjadi manusia yang berguna saat ini. Terima kasih itu diwujudkan dengan cara menghormati dan berbuat baik kepada kedua orang tua.

“Kalau ingin memberi uang, jangan menunggu orang tua meminta. Kalau orang tua ingin meminjam uang, itu artinya orang tua sedang membutuhkan pertolongan, maka berikanlah dengan senang hati, dan jangan dihitung sebagai utang. Ingatlah Hadits Nabi Muhammad SAW, Anta wa Maluka li-Abika. Artinya, kamu dan hartamu itu milik orang tuamu,” tandasnya.

Selain kepada orang tua, lanjutnya, manusia juga harus tahu diri, sadar diri untuk berterima kasih kepada siapa saja yang telah berjasa kepadanya, telah memberikan manfaat dan kebaikan kepadanya. Karena sering kali manusia itu tidak menyadari, lupa atau pura-pura lupa bahwa dia bisa menjadi sekarang ini karena orang lain.

Dalam hidup, imbuhnya, tidak mungkin manusia bisa meraih segala sesuatu seorang diri. Pasti memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain. Di balik kesuksesan suami pasti ada istri yang setia mendampingi, mendukung dan mendoakannya. Suami bisa tampil di muka umum dengan gagah perlente, modis, necis, itu karena pakaiannya dicucikan dan disetrikakan oleh istrinya. Makanannya dimasakkan oleh istrinya.

“Maka, sudah sepantasnya jika suami membalas kebaikan istri itu dengan kebaikan-kebaikan pula. Berikan kesetiaan, kasih sayang dan tanggung jawab. Mungkin di luar sana banyak yang lebih cantik dan lebih menggoda, tapi ingatlah bahwa kita bisa sampai di titik ini berkat istri kita. Seperti apa bentuknya dia sekarang, dia sudah terbukti mengantarkan kita sampai di posisi ini. Sering-seringlah memuji kebaikan istri seraya mendoakan yang terbaik untuknya,” kata Ustadz yang pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember itu.

Selanjutnya Ustadz Fahrurrozi mengingatkan jamaah agar tidak lupa berterima kasih kepada para guru yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan. “Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku. Sebagai prasasti terima kasihku Tuk pengabdianmu,” tuturnya membacakan teks Hymne Guru.

Demikian juga, dipesankan untuk berterima kasih kepada para tetangga yang telah membangun kehidupan yang tenang dan nyaman tanpa ada gangguan. Berterima kasih kepada rekan-rekan kerja yang telah menciptakan lingkungan kerja yang baik sehingga membuat suasana kerja penuh semangat. Intinya, setiap manusia wajib berterima kasih kepada siapa saja.

Kepada jamaah di masjid ini dan kepada siapa saja yang sekarang sedang mengejar jabatan politik, Ustadz Fahrurrozi berpesan, jika nanti terpilih, jangan lupa berterima kasih kepada rakyat. Karena, jabatan yang didapatkan itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi berkat dukungan dari rakyat.

“Ingatlah ketika Anda mengemis-ngemis dan merengek-rengek minta dukungan rakyat. Maka setelah jabatan itu didapat, jangan sia-siakan, jangan khianati rakyat, jangan permainkan rakyat. Urus rakyat dengan baik dan penuh tanggung jawab sampai selesai masa jabatan. Ketahuilah bahwa jabatan itu tidak hanya akan dimintai pertanggungjawaban di depan rakyat selama di dunia. Tetapi juga akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Mahkamah Ilahi di akhirat kelak, pengadilan yang seadil-adilnya, yang tidak dapat direkayasa, dimanipulasi dan disuap,” tegasnya.

Di akhir khotbahnya, Ustadz Fahrurrozi berpesan kepada jamaah untuk membiasakan membaca doa sebagaimana diamalkan oleh Nabi Sulaiman AS yang diabadikan dalam Surat An-Naml Ayat 19 yang artinya, “Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada orang tuaku, juga anugerahkan kepadaku kemampuan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (au)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)