Khotbah Jumat di Masjid Baiturrahman Kanjonga Sumba Timur Kupas Persatuan dan Pendidikan

 

SAMSUMBA.com - Ustadz H. Fahrurrozi Zawawi menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Baiturrahman Kanjonga Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (1/9/2023). Khotbah mengupas seputar persatuan dan pendidikan, yang keduanya merupakan cara untuk menjaga kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.

“Hari ini kita berada di tanggal 1 September. Baru saja kita meninggalkan gegap gempita perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-78. Hampir selama satu bulan penuh, di bulan Agustus diadakan kegiatan seperti lomba-lomba, pawai, karnaval, pagelaran atau pertunjukan dan tentunya upacara peringatan. Walaupun sudah berganti bulan, kita harus tetap menjaga semangat seperti saat berada di bulan Agustus,” kata Ustadz Fahrurrozi di bagian awal khotbahnya.

Semangat untuk menjaga kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan, sambungnya, harus terus menyala dan berkobar-kobar sepanjang tahun dan selama-lamanya.

“Husein Mutahar dalam lagunya berjudul Hari Merdeka berpesan, sekali merdeka, tetap merdeka. Selama hayat masih di kandung badan, kita tetap setia, tetap sedia mempertahankan Indonesia. Kita tetap setia, tetap sedia membela negara kita,” ujarnya.

Dijelaskannya, upaya mempertahankan eksistensi Indonesia memang tidak mudah. Sebab, Indonesia adalah negara besar. Jarak ujung timur Indonesia sampai ujung barat sama dengan jarak Kota Islamabad di Pakistan ke Kota Iskandariah di Mesir atau sama dengan jarak Kota Teheran di Iran sampai London di Inggris. Sangat panjang, sangat luas.

“Ketika warga Sumba sedang sholat Shubuh, di Pulau Jawa masih banyak yang tidur nyenyak dan di Papua sedang siap-siap bekerja. Karena panjangnya negara ini sampai punya 3 waktu, Indonesia Timur, Indonesia Tengah dan Indonesia Barat,” terangnya.

Di samping negaranya besar, lanjut Ustadz Fahrurrozi, penduduknya banyak dan juga tingkat perbedaannya banyak. Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Agamanya berbeda-beda, sukunya berbeda-beda, budayanya berbeda-beda, bahasanya berbeda-beda. Ada bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Sasak, bahasa Bima (Mbojo), bahasa Bajo, bahasa Bali, bahasa Bugis, bahasa Melayu. Bahkan dalam satu pulau bisa terdiri banyak bahasa. Seperti di Pulau Sumba, ada bahasa Loli, bahasa Lamboya, bahasa Kodi, bahasa Wanakuka, bahasa Weejewa dan bahasa Kambera.

“Dengan tingkat kemajemukan yang tinggi itu maka celah atau lobang menuju perpecahan juga tinggi. Di sinilah tugas kita. Celah dan lobang itu harus kita tutup rapat-rapat. Jangan diberi ruang tumbuh berkembang. Caranya kita harus bersatu. Sejarah membuktikan, berkat persatuan, kita bisa merdeka. Maka, cara mempertahankan eksistensi Indonesia juga dengan persatuan. Marilah kita tingkatkan persatuan. Semua kita, warga negara harus terpanggil untuk menjaga persatuan. Oleh karena itu, kita harus menjaga perilaku, sikap dan ucapan kita,” paparnya.

Ustadz kelahiran Pati Jawa Tengah itu lalu mengutip Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 114 yang artinya, “Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan pembicaraan manusia itu, kecuali tentang ajakan untuk bersedekah, atau pembicaraan yang mengajak pada kebaikan, atau pembicaraan yang mengarah untuk rekonsiliasi (antara pihak-pihak yang berseteru). Dan barangsiapa yang melakukan hal-hal tersebut demi mencari ridha Allah lagi mengharap pahala-Nya, maka Kami (Allah) akan memberikan kepadanya pahala yang besar lagi luas”.

Menurutnya, diskusi, pengajian, kajian, ceramah, obrolan kita, chatting kita di media sosial seperti grup whatsapp dan facebook dianggap tidak baik selama tidak mengandung 3 hal tersebut, yaitu ajakan bersedekah, atau ajakan berbuat baik, atau ajakan hidup damai (rekonsiliasi).

Ustadz Fahrurrozi juga mengutip Hadits Rasulullah SAW dari Abu Darda’, bahwa ada amalan yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah. Yaitu mendamaikan perselisihan atau merukunkan orang-orang yang berselisih.

“Yang berselisih dan yang bermusuhan, kita damaikan. Yang sudah damai, kita jaga agar tetap damai. Suasana damai dan aman harus dirawat dan pelihara. Jangan diganggu dan dirusak oleh ucapan dan perilaku yang menimbulkan kegaduhan. Jangan dibuat narasi-narasi yang menyesatkan dan fitnah, lalu disebarluaskan untuk menimbulkan perpecahan. Kita jangan mau diadu domba, jangan mau dipecah belah. Kita harus tetap bersatu dan menjaga persatuan,” pesannya.

Lebih lanjut, Ustadz Fahrurrozi menerangkan bahwa kemerdekaan selain harus dijaga dan dipertahankan, juga harus diisi dengan pembangunan.

“Siapa lagi yang akan membangun Provinsi Nusa Tenggara Timur kalau bukan putra-putrinya sendiri? Maka, mari kita ingatkan putra-putri kita, sebagaimana dipesankan Alfred Simanjuntak dalam lagunya: Bangun pemudi pemuda Indonesia. Tangan bajumu singsingkan, untuk negara. Masa yang akan datang, kewajibanmu lah. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa,” tuturnya.

Diuraikannya firman Allah dalam Al-Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 11 yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.

“Kalau ingin Provinsi NTT maju, maka yang bisa memajukannya adalah putra-putri NTT sendiri. Oleh karena itu, kita harus mencetak Sumber Daya Manusia yang handal. Tugas kita adalah memfasilitasi anak-anak kita untuk mendapatkan pendidikan yang bagus,” tandas Ustadz Fahrurrozi.

Semua pihak, lanjutnya, harus ambil bagian, berpartisipasi dan melibatkan diri dalam program mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah. Tetapi, menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, pemerintah, orang tua dan masyarakat semua.

“Jangan sampai ada anak yang tidak bisa sekolah karena tidak kuat membayar SPP. Jangan sampai ada anak yang terlambat masuk sekolah karena jalanannya rusak. Jangan sampai ada anak yang gelisah tidak bisa mengikuti pelajaran karena kelaparan, belum makan dari pagi karena di rumah tidak ada makanan. Jangan sampai ada anak-anak yang tidak mendapat pelajaran karena gurunya tidak masuk, gurunya tidak bisa beli bensin untuk berangkat ke sekolah,” tegasnya.

Dikemukakannya, untuk mencetak generasi emas, tentu fasilitas sekolah harus memadai. Gedung bangunannya layak dan nyaman, serta guru-guru pengajarnya pun mumpuni, ahli dan menguasai pembelajaran. Dan yang pasti guru-guru pengajarnya harus sejahtera.  

Ustadz Fahrurrozi yakin dan percaya, dengan ilmu pengetahuan, NTT akan maju dan terangkat derajatnya. Hal itu sesuai firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Mujadalah Ayat 11  yang artinya, “Allah akan meninggikan atau mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat”.

“Akhirnya, khotib menutup khotbah ini dengan kembali mengingatkan agar kita terus menjaga Persatuan Indonesia. Karena itu cara kita mempertahankan eksistensi Indonesia. Begitu pula, kita masih harus kerja keras untuk memajukan pendidikan di NTT ini. Kita harus yakin dan percaya, berkat pendidikan ke depan NTT akan maju dan tidak lagi menjadi daerah tertinggal. Provinsi NTT akan segera menjelma menjadi NTT, yaitu Nasib Terang Terus,” pungkas Ustadz Fahrurrozi yang juga Wakil Ketua Pengadilan Agama Waingapu itu. (fi)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)