Orang nomor dua di PA Waingapu yang biasa disapa Ustadz Fahrurrozi itu berpesan kepada jamaah agar menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah dan mengorbankan jiwa raga.
“Kita patut bersyukur karena kita hidup di zaman kemerdekaan. Berkat kemerdekaan, kita bisa hidup enak nyaman. Bisa beribadah, bekerja, sekolah dan beraktivitas apapun dengan aman dan tenang tanpa ada gangguan dan hambatan. Karena itu, mari kita jaga kemerdekaan ini,” katanya di bagian awal khotbah.
Ditambahkannya, sejarah telah membuktikan bahwa berkat persatuan, Indonesia bisa merdeka. Dan berkat persatuan, Indonesia bisa bertahan hingga sekarang di usianya yang ke-78 tahun. Persatuan adalah warisan termahal dari para pendahulu yang harus dijaga dan dirawat.
Ustadz Fahrurrozi lalu mengutip firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl Ayat 92 yang artinya, “Janganlah kamu seperti seseorang yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.
“Janganlah kita seperti seseorang yang memudari benang-benang yang sudah terajut menjadi kain, seperti kain tenun. Jangan koyak dan urai kembali benang persatuan yang sudah dipintal dengan kokoh oleh para pendahulu kita,” tegasnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sambungnya, bangsa Indonesia harus memupuk semangat persaudaraan dan kekeluargaan demi persatuan Indonesia.
“Kita semua bersaudara, kita semua satu keluarga. Karena itu sudah seharusnya, kita bergotong-royong, tolong-menolong, bahu-membahu dan saling membantu,” tandasnya.
Hal itu, menurutnya, sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Quran Surat Al-Ma’idah Ayat 2 yang artinya, “Tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
Ayat tersebut, lanjutnya, bersifat umum. Tidak dikhususkan untuk menolong yang satu agama atau satu suku atau satu golongan saja.
Lebih lanjut dipesankan, sebagai saudara sebangsa dan se-Tanah Air, tidak boleh antar warga negara saling merendahkan akibat perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat Ayat 11.
Selain harus bersikap baik kepada sesama warga negara, Ustadz Fahrurrozi menjelaskan bahwa untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta suasana yang kondusif dalam berbangsa dan bernegara, maka segenap warga negara harus menunjukkan kesetiaan kepada bangsa dan negara, juga kepada para pemimpin.
Diterangkan lagi, seluruh rakyat seharusnya selalu mendoakan para pemimpin, supaya dijaga dan dilindungi oleh Allah, diberikan kesehatan dan panjang umur, dijauhkan dari mara bahaya dan selalu dibimbing agar berada di jalan yang benar.
“Syaikh Bin Baz, Mufti Arab Saudi dalam kitab Majmu Fatawa mengatakan, Ad-Du’a li-Waliyil Amri min A’zhamil Qurubat wa min Afdhalit Tha’at. Mendoakan pemimpin termasuk ibadah yang paling mulia dan bentuk ketaatan yang paling tinggi. Ditambahkannya, jika seorang mukmin dianjurkan mendoakan kebaikan untuk orang lain, maka mendoakan kebaikan untuk pemimpin lebih layak dilakukan. Karena jika pemimpin itu baik maka kebaikannya akan dirasakan seluruh rakyatnya,” paparnya.
Ustadz Fahrurrozi kemudian menyebutkan ucapan Fudhail bin Iyadh, Law anna li Da’watan Mustajabatan ma Shayyartuha illa fil Imam. Artinya, “Seandainya aku punya doa yang mustajab (yang pasti diterima oleh Allah) maka doa itu hanya akan aku panjatkan untuk pemimpin”.
“Sahabatnya bertanya mengapa. Dijawab, jika doa itu kupanjatkan untukku maka yang merasakan/menikmati hanya aku saja. Tetapi jika doa itu kupanjatkan untuk pemimpin maka dampaknya untuk rakyat dan negara secara luas, yang aku ada di dalamnya,” ungkapnya.
Selanjutnya, suami dari Anita Qurroti A’yuni, Lc. itu menyerukan kepada jamaah supaya membantu tugas negara sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing.
“Presiden Amerika, John F. Kennedy mengatakan, Ask not what your country can do for you. Ask what you can do for your country. Artinya, jangan bertanya apa yang dapat negara berikan padamu. Tapi, bertanyalah apa yang dapat kamu lakukan untuk negara. Jika Rasulullah pernah bersabda, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya), pertanyaannya, kemanfaatan apa yang sudah kita lakukan? Sumbangan apa yang sudah kita berikan? Pernahkan kita membantu tugas negara dalam usaha memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa? Kalau kita tidak pernah berbuat baik untuk negara ini maka jangan pernah merusaknya. In lam Tanfa’hu fala Tadhurrah,” ujarnya.
Di bagian akhir khotbahnya, Ustadz Fahrurrozi menegaskan kembali agar jamaah meningkatkan kecintaan kepada Negara Republik Indonesia yang baru saja berusia 78 tahun, dengan menjaga dan merawat persatuan Indonesia.
“Jangan berbuat hal-hal yang dapat mengancam persatuan Indonesia. Jaga kesetiaan kepada bangsa dan negara, juga hormati dan hargai serta doakan yang terbaik untuk para pemimpin, tanpa melihat mereka dari suku apa, agama apa, partai apa dan golongan apa,” pungkasnya. (ys)