Begitu dibuka sesi tanya jawab, muncul pertanyaan dari jamaah yang hadir, bagaimana adab atau etika atau tata krama menasihati menurut tuntunan Islam.
Ustadz Mahfud menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menasihati. Pertama, hendaklah niatnya ikhlas karena Allah dan tidak ada maksud tertentu. Tujuannya murni menginginkan kebaikan untuk orang yang dinasihati. Sebab, tidak sedikit orang yang menasihati tetapi motivasinya lain. Misalnya karena tidak suka dengan seseorang karena pernah berbuat salah, lalu dikeluarkan semua kekesalannya kepada orang itu.
“Kedua, berusaha untuk menasihati secara rahasia. Kalau ada orang yang berbuat salah, panggil dia, dekati dia, berikan nasihat. Sebab nasihat yang diberikan secara tersembunyi itu lebih diterima daripada diberikan secara terang-terangan,” jelasnya.
Yang ketiga menurut Ustadz Mahfud, hendaklah menasihati dengan lemah lembut, dan menghindari bahasa kasar. Dicontohkan ketika zaman Rasulullah SAW, ada orang Arab Badui yang buang air kecil di pojok masjid. Para sahabat marah saat itu. Akan tetapi, Rasulullah meminta supaya para sahabat bersabar sampai orang itu menyelesaikan hajatnya.
Sebab, lanjutnya, jika para sahabat memarahi atau mengusir orang itu seketika maka najisnya bisa menyebar ke mana-mana, termasuk pakaian orang itu bisa terkena najis padahal bisa jadi ia akan mengerjakan shalat. Di samping itu, memaksa berhenti orang yang sedang buang air bisa mengakibatkan penyakit.
“Barulah setelah orang itu selesai buang air, Rasulullah memanggilnya untuk memberikan nasihat bahwa ini rumah Allah tidak boleh dikotori. Orang itu bisa menerima nasihat dan mendoakan Rasulullah. Ini cara Rasulullah memberikan nasihat, padahal tahu bahwa orang itu salah,” terangnya.
Lebih lanjut, Ustadz Mahfud menerangkan adab menasihati yang keempat adalah sabar. Tidak cukup sekali, dua kali. Ada orang yang bisa menerima dengan dinasihati sekali. Namun, ada orang yang butuh dinasihati berkali-kali. Contohnya Nabi Nuh yang menasihati kaumnya untuk beriman kepada Allah selama 950 tahun. Tidak pernah berhenti menasihati walaupun yang mau beriman hanya sedikit.
“Terakhir, memilih tempat dan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat. Terkadang kita mau memberikan nasihat tetapi waktunya salah. Atau di tempat yang salah, yaitu di tempat yang banyak orang. Imam Syafi’i mengatakan, seandainya engkau memberikan nasihat di depan orang banyak, saya tidak akan terima. Akan tetapi, kalau engkau memberi nasihat di tempat tersendiri atau berduaan, saya siap menerima nasihat,” kata Ustadz Mahfud mengakhiri jawabannya terkait adab menasihati.
Sekitar pukul 06.15 WITA Kajian Shubuh berakhir. Seperti biasa, dilanjutkan acara ramah tamah dengan menikmati sajian makanan dan minuman di serambi masjid sambil membicarakan persoalan umat. Kajian Shubuh merupakan kegiatan rutin setiap Ahad yang dimulai sehabis shalat Shubuh dan menghadirkan ustadz-ustadz yang tepercaya keilmuannya dan sudah masyhur di Pulau Sumba. Siapa saja boleh hadir mengikutinya. (samf)