“Yang membuat kita masuk surga itu bukan karena ibadah kita. Akan tetapi, yang membuat kita masuk surga adalah keridhoan Allah. Maka, kalau beribadah jangan karena untuk mendapat sanjungan manusia, tetapi niatkan untuk mendapat keridhoan Allah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ustadz lulusan Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Nahdlatul Wathan (NW) Lombok Timur itu menjelaskan 4 (empat) hal untuk menggapai ridho Allah.
“Pertama, ikhlaskan amal ibadah kita hanya semata-mata karena Allah. Allah berfirman, Wa Ma Umiru Illa Liya’budullaha Mukhlisina lahuddin. Artinya, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus,” terangnya.
Dalam shalat, sambungnya, manusia membaca Inna Sholati wa Nusuki wa Mahyaya wa Mamati lillahi Robbil Alamin. Artinya, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Tuhan Semesta Alam.
“Kedua, jalankan perintah Allah baik yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan. Karena semua apa yang diperintahkan Allah untuk dijalankan pasti ada hikmah atau manfaat bagi kita serta apa yang dilarang Allah untuk kita tinggalkan pasti memudaratkan kita walau rupanya menyenangkan kita,” ungkapnya.
Disebutkannya Hadits Nabi Muhammad SAW, Huffatil Jannatu bilmakarih wahuffatin Naru bisy-syahawat. Artinya, “Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat”.
Strategi ketiga untuk menggapai ridho Allah, lanjut Ustadz Tomidin, adalah menjaga hubungan baik antar sesama manusia. Islam bukan hanya sekedar nama apalagi identitas, Islam adalah perilaku yang mencerminkan ajaran Al-Quran dan Al-Hadits, baik hablum minallah (hubungan dengan Allah) maupun hablum minannas (hubungan antar sesama manusia).
“Keempat, jaga amalan dengan istighfar. Baca istighfar sebelum beramal untuk menjaga niat tetap Lillahi Taala, istighfar ketika beramal untuk menjaga sikap dari riya, ujub dan takabbur, dan istighfar setelah beramal untuk menjaga rasa penyesalan terhadap amal yang telah dikerjakan,” tuturnya.
Setelah pemaparan materi sekitar 30 menit kemudian dilanjutkan tanya jawab. Beberapa dari jamaah mengajukan pertanyaan sehingga suasana kajian menjadi hidup. Begitu selesai kajian, jamaah menuju serambi masjid guna menikmati kopi, teh dan gorengan sambil berbincang-bincang seputar kondisi umat Islam di Pulau Sumba. (to/fa)