Menurut Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumba Timur itu, strategi memakmurkan masjid itu antara lain: Pertama, Pengurus Takmir harus aktif mengelola masjid dengan manajemen yang baik dan profesional. Kedua, Pengurus Takmir harus menumbuhkan kesadaran supaya orang doyan, gemar datang ke masjid. Kalau sekali orang tidak datang ke masjid ia merasa rugi. Ia merasa selalu dalam panggilan untuk datang ke masjid.
“Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa sekiranya orang-orang mengetahui keutamaan shalat Isya dan shalat Shubuh, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak,” terangnya di Masjid Al-Muhajirin Pakamburung.
Lebih lanjut, Tuan Guru Achmad menjelaskan strategi ketiga, Pengurus Takmir harus mengawasi atau mengontrol siapa yang tidak hadir dan kenapa tidak hadir. Kalau alasannya karena sakit, maka harus dikunjungi dengan membawa makanan. Jangan-jangan ketidakhadirannya di masjid karena tidak ada yang bisa dimakan.
“Kepada mereka yang hadir di masjid, diperhatikan dan dipedulikan. Tanyakan tentang kabar, pekerjaan atau keluarga. Jangan dicuekin, seolah-olah adanya tidak melengkapi dan tidak adanya tidak mengurangi,” ujarnya.
Keempat, lanjutnya, Pengurus Takmir harus memikirkan sumber dana (finansial) untuk menyelenggarakan kegiatan peribadatan di masjid, juga untuk kegiatan peningkatan keilmuan seperti kajian atau pengajian. Setiap uang yang keluar dan masuk harus dicatat dengan rapi.
“Kelima, Pengurus Takmir harus mempunyai data yang valid tentang jumlah jamaahnya. Ada catatan apakah ada yang wafat, hijrah atau pindah. Supaya diketahui keberadaannya, apakah masih menjadi jamaah masjid atau tidak. Selain itu, supaya memudahkan untuk pembagian zakat atau daging qurban,” jelasnya.
Seusai Tuan Guru Achmad menyampaikan materinya kemudian dibuka sesi tanya jawab. Sekitar pukul 06.30 WITA pengajian selesai. Seperti biasa, dilanjutkan dengan menikmati hidangan kopi/teh dan gorengan di teras masjid sambil memperbincangkan isu-isu keumatan. (sam)