Sekitar pukul 06.00 WITA, rombongan Khulafaur Rasyidin berangkat dari Waingapu menuju Masjid Al-Jihad Kaliuda yang berjarak sekitar 105 kilometer. Sesampai di lokasi, Pengurus Takmir dan Remaja Masjid telah menunggu.
Setelah hewan qurban berupa sapi disembelih oleh Tuan Guru Achmad Abdurahman, Remaja Masjid kemudian menguliti, memotong, mengiris, menimbang dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Daging hasil sembelihan itu dibagikan kepada masyarakat sekitar Masjid Al-Jihad Kaliuda.
Pengurusan hewan qurban selesai sebelum shalat Jumat. Begitu masuk waktu shalat Jumat, rombongan Khulafaur Rasyidin melaksanakan shalat Jumat. Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Waingapu, M. Nur Kasim, yang hadir bersama rombongan didaulat menjadi khotib.
Dalam khotbah dibahas tentang ibadah haji. Dikatakannya, ibadah haji itu wajib bagi setiap orang Islam yang sudah mampu dan wajibnya itu sekali dalam seumur hidup.
“Ibadah haji pahalanya sangat besar. Disebutkan dalam Hadits Nabi, haji yang mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga,” terangnya.
Bagi mereka yang tidak mampu berhaji, sambungnya, tidak perlu berkecil hati. Sebab, ada amalan lain yang nilainya setara dengan ibadah haji bagi mereka yang tidak mempunyai bekal yang cukup untuk melaksanakan haji.
“Disebutkan dalam Hadits Nabi, Al-Jum’ah hajjul Fuqara’, shalat Jumat adalah hajinya orang-orang fakir,” jelasnya.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa amalan lain yang sama nilainya dengan ibadah haji adalah shalat wajib berjamaah, sebagaimana Hadits Nabi yang artinya, “Siapa saja yang berjalan menuju shalat wajib berjamaah maka ia seperti berhaji. Siapa saja yang berjalan menuju shalat sunnah maka ia seperti melakukan umroh yang sunnah”.
“Selain itu, amalan yang nilainya setara dengan ibadah haji disebutkan dalam Hadits Nabi, siapa saja yang berangkat ke masjid, tidak ada tujuan lain kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna,” tuturnya.
Sementara itu, seusai shalat Jumat diadakan sosialisasi/penyuluhan yang disampaikan beberapa tokoh dari Waingapu. Kesempatan pertama dipersilakan kepada Wakil Ketua Pengadilan Agama (PA) Waingapu, H. Fahrurrozi Zawawi.
Orang nomor dua di Pengadilan Agama Waingapu itu berpesan dua hal. Pertama mengenai perjuangan membela agama Allah. Umat Islam di Kaliuda diharapkan tetap istiqomah berjuang menegakkan agama Allah di Pulau Sumba, khususnya di Kaliuda.
“Dalam Al-Quran Surat At-Taubah Ayat 20 dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta benda dan diri (jiwa) mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan,” paparnya.
Peluang untuk meraih derajat yang lebih tinggi sangat terbuka lebar di Kaliuda. Sebab, menurutnya, tantangan di Kaliuda tentu lebih kompleks. Di samping jauh dari ibukota kabupaten dan jumlah umat Islam tidak begitu banyak, juga minimnya fasilitas yang ada.
Pesan kedua tentang ketaatan bagi umat Islam untuk mentaati dan mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia terkait dengan pencatatan perkawinan. Umat Islam diingatkan supaya menikah dan menikahkan putra-putrinya di hadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN), tidak boleh nikah sirri atau nikah di bawah tangan.
“Satu-satunya alat bukti perkawinan adalah akta nikah. Jika laki-laki dan perempuan tidak dapat menunjukkan akta nikah, maka keduanya dipandang bukan suami istri. Tanpa akta nikah, banyak kendala akan dihadapi pasangan laki-laki dan perempuan. Karena akta nikah digunakan untuk mengurus Akta Kelahiran bagi anak, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, paspor, untuk pendidikan anak, untuk daftar PNS, TNI, Polri, untuk haji dan umroh, untuk mengurus harta bersama (gono-gini), warisan dan lain sebagainya,” urainya.
Bagi mereka yang perkawinannya belum tercatat di KUA sehingga belum memiliki akta nikah, disarankan supaya didata dan diajukan permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama.
“Nanti Bapak-bapak tidak perlu sidang ke Waingapu. Cukup para hakim dari Pengadilan Agama Waingapu yang akan datang ke sini untuk menggelar sidang di luar gedung. Sehingga Bapak-bapak tidak perlu keluar banyak uang, waktu, tenaga. Ini sebagai bentuk kepedulian dan keberpihakan lembaga negara, seperti Pengadilan Agama, bagi warga negara yang tinggal di daerah yang jauh dari ibukota kabupaten,” tegasnya.
Kesempatan berikutnya diberikan kepada salah seorang pengusaha Waingapu, Wiyono. Owner Pabrik Tahu Tempe Asri Manubara itu menawarkan kepada jamaah yang hadir di Masjid Al-Jihad siang itu untuk menyekolahkan putra-putrinya di pondok pesantren di Jawa secara gratis. Pihaknya bersama donator/dermawan lainnya siap membiayai pendidikan sampai lulus demi meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Pulau Sumba.
Ketua Komunitas Khulafaur Rasyidin, Tuan Guru Achmad Abdurahman, yang bicara di sesi terakhir kembali memberikan penekanan dan penguatan kepada umat Islam supaya terus berjuang di Kaliuda dan tidak perlu sungkan jika ingin mengirim putra-putrinya ke Jawa untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Jika ada kendala/persoalan yang ditemukan atau dihadapi dalam perjuangan di Kaliuda, supaya dikomunikasikan dengan Komunitas Khulafaur Rasyidin untuk sama-sama dicarikan jalan keluar. (fata)