Khotbah Jumat di Masjid Al-Mu’min Bandara UMK, Wakil Ketua Pengadilan Agama Waingapu Bahas Perjuangan

 

SAMSUMBA.com - Wakil Ketua Pengadilan Agama (PA) Waingapu, H. Fahrurrozi Zawawi menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Al-Mu’min Bandara Umbu Mehang Kunda (UMK) Sumba Timur, Jumat (16/6/2023). Orang nomor dua di PA Waingapu yang biasa disapa Ustadz Fahrurrozi itu membahas perjuangan.

“Kita patut bersyukur karena kita masih diberikan kesempatan hidup di Pulau Sumba yang indah ini, yang terkenal dengan keindahan alamnya, keindahan pantai, air terjun dan savananya. Sementara saudara-saudara kita yang lain sudah tidak dapat lagi menikmati semua keindahan itu karena sudah dipanggil lebih dulu oleh Allah,” katanya di bagian awal khotbah.

Ditambahkannya, jamaah patut bersyukur, karena disediakan sumber-sumber rizki yang melimpah di muka bumi ini, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Araf Ayat 10.

“Di bumi Sumba ini kita diberikan sumber-sumber penghidupan. Bahkan tidak hanya bagi warga asli Sumba. Tetapi, Sumba juga menarik perhatian orang-orang dari pulau-pulau yang jauh untuk datang ke Sumba. Di sini banyak pendatang dari Pulau Jawa, Madura, Lombok, Sumbawa, Sumatera, Kalimantan, Flores, Timor dan lain sebagainya. Semua mencari sumber penghidupan di sini. Maka, bersyukurlah atas karunia Allah ini,” ujarnya.

Ustadz Fahrurrozi lalu menceritakan perjuangan Nabi Ibrahim dan keluarganya ketika membuka dan membangun Kota Mekah. Menurutnya, di situ ada pelajaran yang bisa dipetik. Yaitu, tatkala datang perintah dari Allah agar Nabi Ibrahim menempatkan istrinya (Hajar) bersama putranya (Ismail) di Mekah, Nabi Ibrahim melaksanakannya dengan ikhlas dan tawakal.

“Setelah tahu bahwa Allah-lah yang memerintahkan Bunda Hajar dan Ismail tinggal di Mekah, merintis kehidupan baru di tempat yang tidak ada fasilitas apapun, Bunda Hajar menjadi tenang, lalu berkata, Idzan La Yudhayyi’una. Kalau begitu, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan kami, tidak akan menelantarkan kami, tidak akan membiarkan kami dalam kesulitan,” ungkapnya.

Hal itu, sambung Ustadz Fahrurrozi, harus dijadikan penyemangat bagi setiap hamba Allah untuk tidak ragu lagi melaksanakan semua perintah Allah dengan ikhlas dan tawakal.

“Kalau Allah sudah memerintahkan maka pantang bagi kita menawar-nawar lagi. Kita harus yakin, sesulit apapun, jika Allah yang menginginkannya maka pasti Allah tidak akan membiarkan kita menghadapi seorang diri,” tandasnya.

Lebih lanjut, suami dari Ustadzah Anita Qurroti A’yuni, Lc. itu mengingatkan jamaah bahwa dalam perjuangan jangan hanya memilih zona nyaman.

“Seandainya semua orang memilih berjuang di kota besar, kota maju yang penuh fasilitas, lantas siapa yang membangun daerah terluar, terjauh dan terpencil? Bukankah Mekah yang sekarang ramai dan maju itu bermula dari lembah yang tidak berpenghuni, sepi, sunyi, tidak bisa ditanami karena tanahnya tandus, gersang?” tanyanya dengan pertanyaan retorik.

Ustadz Fahrurrozi kembali memuji keindahan Pulau Sumba yang patut disyukuri.

“Kita di Pulau Sumba dikaruniai alam yang indah, yang membuat decak kagum pujangga kenamaan Indonesia, Taufiq Ismail, sehingga menginspirasinya pada tahun 1970 untuk mengarang puisi berjudul Beri Daku Sumba,” terangnya.

Salah satu bait puisi itu lalu dibacakannya. Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka. Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh. Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda. Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

“Mari kita berjuang dan berkhidmat memajukan Pulau Sumba. Kita jangan hanya sibuk mengurus urusan sendiri, jangan hanya mementingkan kepentingan sendiri. Jangan hanya mengincar keuntungan pribadi dalam perniagaan, hanya menguras kekayaan alam Sumba tetapi tidak mau peduli memikirkan kemajuan Pulau Sumba dan kesejahteraan warganya. Janganlah kita tergolong kelompok orang yang tidak pandai bersyukur. Padahal kita telah disediakan sumber penghidupan di tanah Sumba ini,” pesannya.

Ustadz Fahrurrozi mengajak jamaah untuk bergotong-royong, bahu-membahu, bertolong-menolong memperjuangkan agama Allah di tanah Sumba.

“Jangan hanya fokus mengejar ibadah yang gratisan. Shalat tahajud, shalat dhuha, puasa senin kamis, membaca Al-Quran, itu bagus, baik. Tapi jangan berhenti sampai di situ. Tapi tambahlah dengan ibadah-ibadah sosial. Ingat di luar sana, umat membutuhkan tenaga, pikiran dan harta kita,” tegasnya.

Ustadz dan Hakim asal Pati Jawa tengah itu memerinci kebutuhan umat Islam. Ada orang-orang yang dalam kesulitan, tidak bisa makan, tidak bisa beli beras, yang membutuhkan uluran tangan. Ada fakir miskin, ada anak-anak yatim. Ada anak-anak yang tidak kuat membayar SPP untuk sekolah dan melanjutkan pendidikan. Ada janda-janda tua yang tidak punya penghasilan. Ada keluarga yang rumahnya kebakaran dan perlu dibantu.

Umat Islam di Pulau Sumba, lanjutnya, perlu memikirkan ketersediaan sarana beribadah yang menjadi kebutuhan umat Islam. Umat Islam harus dapat melaksanakan ibadahnya dengan baik dan nyaman, maka perlu dipastikan ada masjid atau mushola di sekitar tempat tinggal, di bandara, di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan di fasilitas-fasilitas umum.

“Umat Islam harus memikirkan pengembangan sumber daya manusia. Harus ada sekolah atau madrasah, perguruan tinggi yang (tempat) mempelajari dan mendalami agama Islam, perpustakaan, juga taman pendidikan Al-Quran untuk anak-anak membekali dan menyiapkan masa depannya, serta ada ustadz atau guru ngaji yang mumpuni dan terpenuhi kesejahteraannya. Ada mushaf Al-Quran dan buku-buku bacaan yang menambah wawasan keagamaan. Umat Islam perlu mulai memikirkan adanya klinik dan rumah sakit Islam tempat berobat yang sesuai tuntunan Islam,” urainya.

Dijelaskannya, Allah menjanjikan kebaikan bagi orang yang setiap tarikan nafasnya, setiap gerak geriknya untuk berkhidmat memperjuangakan agama Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Muhammad Ayat 7 yang artinya “Hai orang-orang mukmin (beriman), jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan mengokohkan kedudukanmu”.

Ustadz Fahrurrozi menutup khotbah pertama dengan membaca Al-Quran Surat At-Taubah Ayat 20, kemudian membacakan artinya, yaitu orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (samyad)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)