Shalat Idul Fitri di Waingapu dan Sekitarnya Dipusatkan di Lapangan Pahlawan



SAMSUMBA.com – Shalat Idul Fitri 1444 H / 2023 M di Kecamatan Waingapu dan sekitarnya dipusatkan di Lapangan Pahlawan, Sabtu (22/4/2023). Sejak sehabis shalat Shubuh, umat Islam mulai membanjiri lapangan yang menyerupai alun-alun itu. Walaupun dalam surat edaran panitia tertulis pukul 06.15 WITA shalat akan dimulai namun ternyata jamaah masih terus berdatangan sehingga panitia perlu mentoleransi hingga pukul 07.00 WITA.

“Kenapa ditunggu? Karena kalau mereka tidak ikut shalat Idul Fitri di Lapangan Pahlawan, maka mereka tidak akan shalat. Karena di Waingapu tidak ada masjid yang menyelenggarakan shalat Idul Fitri. Semua dipusatkan di Lapangan Pahlawan yang dikoordinasi oleh Panitia Hari-hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Sumba Timur,” jelas salah seorang panitia, Tuan Guru Achmad Abdurahman, S.Ag.

Sebelum shalat Idul Fitri dimulai, panitia menyampaikan pengumuman seputar penerimaan dan pendistribusian zakat fitrah dan infaq.

Yang bertindak sebagai imam shalat adalah Ustadz Saleh Abdullah, khotib adalah Ustadz Drs. Suaeb dan bilal adalah Ustadz Amir Abdurahman.

Dalam khotbahnya, Ustadz Suaeb menjelaskan bahwa dengan beridul fitri, manusia harus sadar bahwa asal kejadiannya dari tanah sesuai firman Allah dalam Surat As-Sajadah Ayat 7 dan Surat Thaha Ayat 55.


“Kesadaran bahwa asal kejadian manusia dari tanah, harus mampu mengantar manusia memahami jati dirinya. Tanah berbeda dengan api yang merupakan asal kejadian iblis. Sifat tanah stabil, tidak bergejolak seperti api. Tanah menumbuhkan, tidak membakar. Tanah dibutuhkan oleh manusia, binatang dan tumbuhan, tapi api tidak dibutuhkan oleh binatang, tidak juga oleh tumbuhan. Jika demikian, manusia mestinya stabil dan konsisten, tidak bergejolak serta selalu memberi manfaat dan menjadi andalan yang dibutuhkan oleh selainnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, pejabat pada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumba Timur itu mengatakan, Allah berpesan bahwa bila Hari Raya Fitri tiba maka hendaklah bertakbir. Kalimat Takbir merupakan satu prinsip lengkap menembus semua dimensi yang mengatur seluruh khazanah fundamental keimanan dan aktivitas manusia. Dia adalah pusat yang beredar, di sekelilingnya sejumlah orbit unisentris serupa dengan matahari yang beredar di sekelilingnya planet-planet tata surya. Di sekeliling Tauhid itu beredar kesatuan-kesatuan yang tidak boleh berpisah atau memisahkan diri dari Tauhid, sebagaimana halnya planet-planet tata surya, karena bila berpisah akan terjadi bencana kehancuran.

Menurutnya, kesatuan-kesatuan tersebut antara lain: (1) kesatuan seluruh makhluk karena semua makhluk kendati berbeda-beda namun semua diciptakan dan di bawah kendali Allah; (2) kesatuan kemanusiaan, yaitu semua manusia berasal dari tanah, dari Adam, sehingga semua sama kemanusiaannya; (3) kesatuan bangsa, yaitu kendati berbeda agama, suku, berbeda kepercayaan atau pandangan politik, semua bersaudara, dan berkedudukan sama dari kebangsaan.

Kesadaran tentang kesamaan dan kebersamaan itu, sambungnya, merupakan salah satu sebab mengapa dalam rangkaian Idul Fitri, setiap muslim berkewajiban menunaikan zakat fitrah yang merupakan simbol kepedulian sosial serta upaya kecil dalam menyebarkan keadilan sosial.

“Selain kesatuan-kesatuan di atas, masih banyak yang lain, seperti kesatuan suami istri, yakni kendati mereka berbeda jenis kelamin namun mereka harus menyatu. Tidak ada lagi yang berkata saya tetapi kita, karena mereka sama-sama hidup, sama-sama cinta serta sama-sama menuju tujuan yang sama,” tegasnya. (af)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)