“Kenapa
ditunggu? Karena kalau mereka tidak ikut shalat Idul Fitri di Lapangan
Pahlawan, maka mereka tidak akan shalat. Karena di Waingapu tidak ada masjid
yang menyelenggarakan shalat Idul Fitri. Semua dipusatkan di Lapangan Pahlawan yang
dikoordinasi oleh Panitia Hari-hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Sumba Timur,”
jelas salah seorang panitia, Tuan Guru Achmad Abdurahman, S.Ag.
Sebelum
shalat Idul Fitri dimulai, panitia menyampaikan pengumuman seputar penerimaan
dan pendistribusian zakat fitrah dan infaq.
Yang bertindak
sebagai imam shalat adalah Ustadz Saleh Abdullah, khotib adalah Ustadz Drs.
Suaeb dan bilal adalah Ustadz Amir Abdurahman.
Dalam khotbahnya,
Ustadz Suaeb menjelaskan bahwa dengan beridul fitri, manusia harus sadar bahwa
asal kejadiannya dari tanah sesuai firman Allah dalam Surat As-Sajadah Ayat 7
dan Surat Thaha Ayat 55.
Lebih lanjut,
pejabat pada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumba Timur itu
mengatakan, Allah berpesan bahwa bila Hari Raya Fitri tiba maka hendaklah
bertakbir. Kalimat Takbir merupakan satu prinsip lengkap menembus semua dimensi
yang mengatur seluruh khazanah fundamental keimanan dan aktivitas manusia. Dia
adalah pusat yang beredar, di sekelilingnya sejumlah orbit unisentris serupa
dengan matahari yang beredar di sekelilingnya planet-planet tata surya. Di
sekeliling Tauhid itu beredar kesatuan-kesatuan yang tidak boleh berpisah atau
memisahkan diri dari Tauhid, sebagaimana halnya planet-planet tata surya, karena
bila berpisah akan terjadi bencana kehancuran.
Menurutnya,
kesatuan-kesatuan tersebut antara lain: (1) kesatuan seluruh makhluk karena
semua makhluk kendati berbeda-beda namun semua diciptakan dan di bawah kendali
Allah; (2) kesatuan kemanusiaan, yaitu semua manusia berasal dari tanah, dari
Adam, sehingga semua sama kemanusiaannya; (3) kesatuan bangsa, yaitu kendati berbeda
agama, suku, berbeda kepercayaan atau pandangan politik, semua bersaudara, dan
berkedudukan sama dari kebangsaan.
Kesadaran
tentang kesamaan dan kebersamaan itu, sambungnya, merupakan salah satu sebab
mengapa dalam rangkaian Idul Fitri, setiap muslim berkewajiban menunaikan zakat
fitrah yang merupakan simbol kepedulian sosial serta upaya kecil dalam
menyebarkan keadilan sosial.
“Selain
kesatuan-kesatuan di atas, masih banyak yang lain, seperti kesatuan suami istri,
yakni kendati mereka berbeda jenis kelamin namun mereka harus menyatu. Tidak
ada lagi yang berkata saya tetapi kita, karena mereka sama-sama hidup,
sama-sama cinta serta sama-sama menuju tujuan yang sama,” tegasnya. (af)