Pengajian Majelis Taklim An-Nahla Wanga Bahas Kecanduan Gadget pada Anak

 

SAMSUMBA.com - Majelis Taklim An-Nahla yang berada di dalam kawasan perumahan PT. Muria Sumba Manis, Desa Wanga Kecamatan Umalulu Kabupaten Sumba Timur menggelar kajian parenting Islami, Jumat (10/2/2023). Kajian kali ini spesifik membahas kecanduan gadget pada anak-anak beserta tips-tips mengatasinya.

Sekitar pukul 16.00 WITA, para anggota Majelis Taklim yang rata-rata merupakan ibu-ibu muda, mulai berdatangan ke lokasi pengajian yang bertempat di rumah salah satu anggota. Tidak hanya kaum ibu yang hadir, anak-anak pun turut memeriahkan suasana sore di kawasan pabrik yang memproduksi gula kristal putih dengan brand Sumba Manis itu.

Para ibu muda itu kebanyakan berasal dari luar Sumba. Ada yang dari Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan daerah lainnya. Mereka semua gelisah dengan anak-anak yang mulai sulit dikendalikan dalam penggunaan gadget atau HP. Mereka kewalahan saat menghadapi anak mulai tantrum karena HP-nya diambil.

Di satu sisi, para ibu itu bingung jika anaknya tidak diberi HP karena mereka tidak bisa leluasa beraktivitas di rumah lantaran selalu diganggu oleh tingkah polah anak yang tidak mau diam. Di sisi lain, saat diberi HP, anak duduk anteng sehingga orang tua bebas beraktivitas. Akan tetapi, dibalik keantengan anak bergadget, jika orang tua tidak bisa mengontrol penggunaannya, akan  menjadi bumerang yang membahayakan bagi masa depan anak.

Ustadzah Anita Qurroti A’yuni, Lc., M.Pd. dalam kajiannya menyampaikan bahwa anak-anak harus diedukasi dalam penggunaan gadget, jangan sampai kelebihan dosis sehingga menjadi candu baru.

“Hingga anak lalai pada kewajibannya. Cuek pada lingkungan sekitarnya. Marah kalau diingatkan. Gelisah kalau nggak pegang HP. Baper, emosi kacau, insecure. rapuh,” katanya.

Ustadzah Anita mengingatkan, anak yang mempunyai ketergantungan pada gadget sering kali cuek dan acuh tak acuh dengan orang-orang sekitarnya. Dia tidak peduli orang di sebelahnya bicara apa, dia hanya fokus dan sibuk dengan gadget. Padahal seharusnya anak ketika berada di tengah-tengah orang banyak menjaga adab atau etika.

Disebutkan dalam Hadits Nabi, “Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara/berbisik-bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga bersedih”.

“Dari Hadits tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kita jangan cuek ketika kita sedang bersama orang lain, jangan asyik sendiri bermain HP. Karena itu akan menyakiti/menyinggung orang di samping kita. Termasuk jika sedang bersama suami/istri atau anak-anak. Jangan di-cuek-in dengan cara asyik bermain HP,” tegasnya.

Ustadzah lulusan Universitas Al-Azhar Kairo itu lantas memaparkan tips agar anak-anak lepas dari ketergantungannya dengan gadget. Menurutnya, hendaklah dibuat kesepakatan penggunaan gadget di rumah lalu dijelaskan aturan tersebut dan didiskusikan dengan anak tentang kasus-kasus kecanduan gadget pada anak yang membahayakan.

“Sediakan alternatif penganti gadget, seperti mainan edukatif, buku cerita, taman bermain, atau bermain bersama ayah/ibu/kakak. Temani anak saat bermain. Karena itu akan membuat anak lebih mudah melupakan gadget,” terangnya.

Lebih lanjut Ustadzah Anita yang juga Pengurus Dharmayukti Karini Cabang Waingapu itu menekankan supaya orang tua bertahan untuk tega saat anak tantrum, merayu atau mogok makan saat menginginkan gadgetnya di luar aturan yang sudah disepakati. Yang terpenting dan tersulit, yaitu konsisten terhadap peraturan yang sudah dibuat. Sekali saja lengah, akan lebih susah ditangani.

“Di samping itu, diskusikan kegiatan bermedia anak-anak di setiap kesempatan mengenai apa nilai positif dan negatif dari apa yang mereka tonton atau mainkan di gadget. Jangan men-judge. Harus seimbang. Bangun kepercayaan dan keterbukaan dengan anak-anak! Karena akan lebih berbahaya jika anak diam-diam menggunakan HP,” jelasnya.

Jika semua ikhtiar sudah dilakukan, lanjutnya, jangan lupa berserah diri dan berdoa kepada Allah. Antara lain dengan doa yang diajarkan Allah dalam Al-Quran Surat Al-Ahqaf Ayat 15, “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku, dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

“Imam Mawardi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa doa itu dipanjatkan untuk memohon kepada Allah agar kita dan keturunan kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang baik, taat dan rajin beribadah pada Allah. Karena keshalehan merupakan bukti nyata bakti anak pada orang tua. Kejujuran, kebaikan, ketaatan, amal shaleh serta pengendalian diri anak terhadap hawa nafsu, mengantar anak itu menjadi anak shaleh yang doanya akan sampai pada orang tua meski telah tiada. Semoga Allah memudahkan usaha kita semua memperoleh keturunan yang shaleh dan shalehah,” pungkasnya. (ta)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)