Khotib Jumat di Masjid Al-Muhajirin Pakamburung: Jagalah Bumi Ini Agar Tetap Cantik

SAMSUMBA.com - Khotib Jumat di Masjid Al-Muhajirin Pakamburung Kamalaputi Waingapu pada Jumat (24/2/2023) berpesan kepada jamaah untuk menjaga bumi ini agar tetap cantik. Khotib yang dimaksud adalah Ustadz H. Fahrurrozi Zawawi.

Ustadz kelahiran Pati Jawa Tengah itu awalnya menjelaskan kandungan Al-Quran Surat Al-A’raf Ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami sediakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. (Akan tetapi,) sedikit sekali di antara kamu yang bersyukur”.

“Ayat ini teguran bagi kita, jangan-jangan kita tergolong orang yang tidak atau kurang bersyukur. Tentu syukur tidak cukup hanya dengan ucapan syukur atau alhamdulillah. Lebih dari itu harus ditunjukkan dengan perbuatan. Lalu, bagaimana kita berbuat sebagai wujud syukur? Salah satu wujud syukur itu adalah dengan menjaga bumi yang telah disediakan untuk manusia. Jagalah lingkungan di mana kita berada. Kita rawat, pelihara dan jaga keindahannya,” urainya.

Ustadz Fahrurrozi lalu mengutip Al-Quran Surat Ar-Rum Ayat 41 yang pada pokoknya bahwa kerusakan yang telah terjadi di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.

“Akibat tangan-tangan manusialah terjadi banjir, tanah longsor. Termasuk datangnya hama belalang itu sudah pasti akibat tangan-tangan manusia. Karena menurut Al-Quran Surat An-Nisa 79, apa saja kebaikan / kenikmatan yang diperoleh manusia itu datangnya dari Allah dan apa saja bencana / musibah yang menimpa manusia itu akibat kesalahan manusia sendiri. Maka, semua kita harus introspeksi, mengevalusi apa yang telah kita lakukan di muka bumi ini sehingga datang hama belalang,” terangnya.

Lebih lanjut dipaparkan bagaimana bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada bumi tempat tinggal dan tempat mencari rizki.

“Hendaklah kita rajin menanaminya. Kalau ada tanah kosong, tanamilah! Jangan biarkan tidak produktif. Rasulullah bersabda, siapa saja yang menanam pohon lalu sabar menjaga dan merawatnya hingga berbuah, maka setiap peristiwa yang menimpa buahnya akan bernilai sedekah bagi penanamnya di sisi Allah,” ujarnya.

Menurut hadits Nabi Muhammad SAW, tanaman atau buah-buahan yang dimakan burung atau hewan apa saja atau manusia maka bagi orang yang menanamnya mendapat pahala sedekah. Perbuatan menanam pohon itu dinilai sebagai sedekah.

“Rajinlah menanam sepanjang hayat. Menanam pohon tidak ada batasan usia. Sekalipun hendak kiamat menanamlah. Jangan berpikir untuk menikmati. Jangan mengatakan saya sudah tua, tidak akan menikmatinya. Tanamlah walaupun kelak tidak sempat menikmati. Biarlah dinikmati anak cucu atau generasi yang akan datang. Karena sekalipun kita kelak sudah meninggal, pahala sedekah dari menanam pohon akan terus mengalir,” katanya.

Ustadz Fahrurrozi mengingatkan jamaah supaya tidak menebang pohon dengan sewenang-wenang. Sebab, selain menjadi tempat berlindung, pepohonan itu sangat besar manfaatnya bagi kehidupan. Hendaklah dipikir matang-matang sebelum menebang pohon karena untuk mendapatkan tanaman yang baru, perlu waktu lama untuk menanamnya.

Pepohonan yang ditebang sewenang-wenang, sambungnya, dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, banjir, erosi, meningkatnya jumlah karbodioksida, turunnya produksi oksigen, hilangnya keanekaragaman hayati dan punahnya spesies suatu hewan.

“Sebagai rasa syukur kita diberikan tempat tinggal yang nyaman dan aman, hendaklah kita menjaga lingkungan. Jangan membuang sampah sembarangan. Sungai dan selokan bukan tempat sampah, bukan tempat pembuangan kotoran. Sungai perlu dilindungi agar tidak tercemar. Sebab air sungai yang tercemar berakibat hilangnya kehidupan flora dan fauna perairan yang dapat mengancam keseimbangan ekosistem,” tuturnya.

Ditambahkannya, sungai yang tercemar menimbulkan ancaman dan kerugian pada aspek-aspek kesehatan, kenyamanan, keindahan, penurunan kualitas hidup dan persoalan lingkungan lainnya.

Ustadz Fahrurrozi mengutip hadits Rasulullah yang intinya bahwa manusia hendaklah takut pada 3 hal yang mengakibatkan mendapat laknat, yaitu buang hajat atau kotoran di tempat air mengalir (untuk kebutuhan konsumsi manusia) seperti sumur dan sungai, di jalanan tempat orang berlalu lalang dan di tempat orang berteduh seperti pohon dan bangunan.

“Demikian pula kita harus menjaga dan merawat jalan-jalan agar bebas dari hambatan dan rintangan. Pemerintah membangun jalan tol besar-besaran itu semangatnya adalah supaya manusia dapat menempuh perjalanan secepat-cepatnya sehingga urusannya cepat selesai. Maka, jangan biarkan jalan-jalan kita itu rusak, banyak kotoran, banyak duri atau benda-benda tajam yang mengganggu atau jalan itu gelap di malam hari sehingga membuat orang takut dan khawatir,” tegasnya.

Banyak hadits dikutip yang pada pokoknya agar manusia menyingkirkan dan membuang apa saja yang mengganggu di jalan, seperti duri, paku, benda tajam dan kotoran. Rasulullah bersabda, barangsiapa mengangkat batu dari jalan yang mengganggu orang berjalan akan dicatat baginya kebaikan dan barangsiapa dicatat baginya kebaikan maka akan masuk surga.

“Rasulullah bersabda, sungguh aku melihat seseorang sedang berbahagia di surga dikarenakan ia telah memotong batang pohon yang menjulur ke jalan yang mengganggu orang lewat,” katanya.

Di akhir khotbahnya, Ustadz Fahrurrozi yang juga Wakil Ketua Pengadilan Agama Waingapu itu menegaskan kembali kepada jamaah agar menunjukkan rasa syukur kepada Allah karena telah diberikan kesempatan hidup di bumi Allah dan disediakan sumber-sumber rizki, dengan cara menjaga, merawat dan memelihara bumi ini sehingga bumi ini tetap cantik dan indah.

“Rajinlah menanam pohon, jangan menebang pohon sewenang-wenang, jangan buang sampah sembarangan dan jangan biarkan jalan-jalan rusak, banyak rintangan yang mengganggu dan tidak ada penerangan (gelap) sehingga mencemaskan dan mengkhawatirkan orang-orang yang berjalan. Terutama jalan-jalan menuju tempat ibadah untuk memenuhi panggilan adzan, hendaklah bersih, tidak rusak dan dipasang lampu-lampu yang terang,” pungkasnya. (au)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)