Di Masjid Al-Anwar Manubara, Ustadz Fikraman Uraikan Isra Mi’raj

 

SAMSUMBA.com - Di Masjid Al-Anwar Kampung Manubara Kelurahan Kamalaputi Kecamatan Waingapu digelar pengajian rutin Ahad malam tiap 2 pekan sekali. Yang bertindak sebagai penceramah pada Ahad malam (12/2/2023) adalah Ustadz Fikraman, S.Pd.

Pada kesempatan itu, Ustadz Fikraman menguraikan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Islam. Isra Mi'raj adalah sebuah perjalanan Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada 27 Rajab tahun 10 kenabian dengan melakukan dua perjalanan sekaligus dalam satu malam.

“Ketika Isra Mi’raj, para malaikat membelah dada Nabi dan membersihkannya menggunakan air zam-zam. Setelah itu, Buraq datang untuk menjemput Nabi untuk membawa menuju Baitul Maqdis di Palestina. Kejadian ini disebut dengan Isra. Adapun perjalanan dari Baitul Maqdis menuju ke Sidratul Muntaha disebut Mi’raj,” kata pengajar Madrasah Ibadur Rahman Manubara itu.

Perjalanan Miraj, lanjut Ustadz Fikraman, menyimpan berbagai peristiwa yang menakjubkan. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad menemui beberapa kejadian yang belum pernah Nabi ketahui sebelumnya. Di antara kejadian tersebut adalah Nabi menemui suatu kaum yang kepala mereka pecah, setiap kali pecah maka kembali lagi kemudian pecah lagi. Nabi bertanya kepada Jibril, “Siapakah mereka Wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang yang kepalanya berat untuk melaksanakan shalat fardhu”.

“Kemudian Nabi menjumpai kaum yang mempunyai kuku panjang yang terbuat dari tembaga lalu mencakar wajah dan tubuhnya sendiri dengan kuku tersebut. Nabi heran dan bertanya kepada Jibril tentang kaum itu. Jibril menjawab, mereka adalah orang-orang yang suka menghibah orang lain kemudian meletakkan pada tubuhnya sendiri,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Nabi juga bersua dengan orang-orang yang mengumpulkan kayu bakar, mengikat dan memanggulnya, tetapi beban kayu bertambah. Mereka adalah umat yang diberikan amanat tetapi tidak bertanggung jawab atas amanat yang diberikan.  

“Setelah itu, Nabi berjumpa pula dengan wanita yang memakai perhiasan serba indah, yang merupakan gambaran dunia yang bisa melalaikan orang dari Akhirat. Kelak akan ada perwujudan lain, wanita itu menjadi tua renta, yang menandakan betapa dekatnya dunia menuju hari kiamat,” terangnya.

Sesampainya di Baitul Maqdis, sambungnya, Nabi Muhammad SAW. mengerjakan shalat dua rakaat, menjadi imam para nabi di tempat tersebut. Nabi lantas diberi tiga gelas dengan isi yang berbeda-beda, yaitu khamr, susu dan air putih. Nabi memilih susu, yang disebut oleh Jibril sebagai memilih fitrah atau agama Islam. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW. melakukan miraj, melewati langit dunia menuju sidratul muntaha.

“Dalam proses Mi’raj ini, Rasulullah bertemu dengan para nabi pilihan di setiap langit sebagai berikut. Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa dan Yahya di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam, dan Nabi Ibrahim di langit ketujuh. Pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW. mencapai Sidratul Muntaha. Beliau mendapatkan perintah untuk mengerjakan salat wajib 5 waktu, yang menjadi titik penting perjalanan beliau dalam malam tersebut,” ujarnya.

Di bagian akhir ceramahnya, Ustadz Fikraman menegaskan bahwa Isra Mi’raj adalah bukti kekuasaan Allah yang mampu melampaui segalanya tanpa terbatas ruang dan waktu. Mi’raj dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai gambaran insan kamil (manusia sempurna) yang mencapai titik penghambaan mutlak kepada Tuhannya. (ys)

“Aku tidak bermaksud kecuali melakukan perbaikan yang membawa kebaikan bagi semua orang sesuai kesanggupan dan kemampuanku. Dan yang memberi pertolongan untuk mencapai tujuan itu hanyalah Allah” (Al-Quran, Surat Hud Ayat 88)