SAMSUMBA.com - Walaupun hujan turun cukup deras, ibu-ibu Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) tetap menggelar pengajian rutin di rumah salah seorang anggota di Kampung Arab Waingapu, Sabtu (4/2/2023) sore. Ada yang datang berjalan kaki membawa payung. Ada yang diantar oleh suami atau anaknya menggunakan sepeda motor mengenakan jas hujan dan ada juga yang diantar mobil.
Acara dimulai sekitar pukul 16.30 WITA dengan pembacaan Surat Yasin, tahlil dan doa untuk para arwah keluarga dan arwah para anggota Muslimat NU yang telah tiada. Setelah itu dilanjutkan dengan tausiyah yang disampaikan Ustadzah Anita Qurroti A’yuni, Lc., M.Pd.
Pada kesempatan itu, Ustadzah Anita membahas beberapa hadits dalam Kitab At-Targhib Wat-Tarhib karya Imam Al-Hafidz bin Abdul ‘Adhim bin Abdul Qawy Al-Mundziri tentang larangan berbohong atau berdusta.
Disebutkan dalam salah satu hadits itu, bahwa suatu hari Abdullah bin Amir yang masih usia kanak-kanak dipanggil oleh ibunya saat Rasulullah SAW sedang berada di rumahnya. “Ke sinilah, aku akan kasih!” Kemudian Rasulullah bertanya kepada sang ibu, “Apa yang hendak kaukasihkan?” Ibunya menjawab, “Aku akan memberinya sebuah kurma.” Rasulullah SAW lalu berkata kembali padanya, “Jika Kamu tidak jadi memberinya sesuatu, perbuatanmu (yang menjanjikan akan mengasih) itu dicatat sebagai kebohongan (dusta)”.
“Berbohong itu tetaplah berbohong. Itu tetaplah sebuah dosa. Kepada siapapun kebohongan itu ditujukan. Termasuk kepada seorang anak kecil sekalipun. Yang belum mengerti apa-apa. Sering sekali orang tua atau pengasuh memberi iming-iming kepada anak-anak agar mau melakukan apa yang mereka inginkan. Tapi begitu anak-anak melakukannya, dengan mudah janji yang terucap itu diabaikan,” kata Ustadzah Anita.
Ia mencontohkan, ketika mendapati anak-anak tidak mau mandi, biasanya orang tua menjanjikan, “Ayo mandi, nanti setelah mandi kita jalan-jalan beli bakso.” Akan tetapi, nyatanya itu hanya harapan palsu belaka. Setelah anak-anak mandi, orang tua lalu sibuk dengan urusannya dan tidak mengindahkan janji yang tadi diucapkan.
“Anak kecil yang terbiasa dididik dengan kebohongan, maka bisa jadi ia akan terbiasa dengan kebohongan. Ia diajari oleh orang tuanya sendiri bahwa berbohong itu tidak apa-apa, karena menyaksikan sendiri orang tuanya berbuat demikian. Mereka mengira kalau berbohong kepada anak kecil itu bukan dianggap bohong. Padahal itu tetaplah sebuah kebohongan yang dicatat sebagai dosa,” jelas Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Insan Robbani Waingapu itu.
Maka, ia berpesan kepada ibu-ibu yang hadir pada pengajian sore itu supaya mendidik anak-anak dengan kejujuran sejak usia dini. Jangan pernah membohongi anak-anak. (ta)